BAB VI
DASAR-DASAR TEKNIK BUDIDAYA
Sesuai
dengan kebijakan dasar pemerintah bahwa Negara kita adalah Negara agraris yaitu
Negara yang sebagian besar penduduknya bermata-pencaharian sebagai petani, maka
untuk mencapai tujuan pembangunan di bidang pertanian ditetapkan empat langkah
utama atau Catur Usaha yang merupakan usaha-usaha pokok, yaitu : Intensifikasi,
Ekstensifikasi, Diversifikasi, dan Rehabilitasi.
Di
dalam membicarakan dasar-dasar teknik budidaya pertanian, hanya akan
dibicarakan tentang Intensifikasi pertanian dimana di dalamnya terdapat lima
usaha pokok, yang terkenal dengan sebutan Panca Usaha Tani. Panca Usaha
merupakan lima tindakan budidaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan
produksi pertanian, yaitu :
- Penggunaan varietas unggul
- Pengolahan lahan dan pengaturan jarak tanam
- Pengairan yang baik dan teratur
- Pemupukan yang tepat dan efisien
- Pengendalian hama
dan penyakit
6.1. Penggunaan Varietas Unggul
Varietas
unggul adalah varietas yang mempunyai beberapa sifat yang lebih baik bila
dibandingkan dengan varietas lainnya, yang secara umum ditunjukkan dengan hasil
produksi yang tinggi. Cara yang paling tepat dilakukan untuk mendapatkan
varietas unggul adalah dengan pemuliaan tanaman (plant breeding).
6.1.1. Cara
Pemuliaan Tanaman
Secara umum ada tiga cara yang
dipakai dalam pemuliaan tanaman, yaitu : Seleksi, Introduksi, dan Hibridisasi.
Yang dimaksud Seleksi adalah suatu cara untuk mendapatkan varietas unggul yang
dikehendaki dengan melaksanakan pemilihan, baik di lapangan maupun di laboratorium.
Pada umumnya dikenal dua jenis seleksi yaitu : seleksi massa dan seleksi galur murni. Seleksi massa adalah suatu cara
pemilihan tanaman di lapangan yang fenotipenya sama untuk dikembangkan.
Sedangkan seleksi galur murni adalah pemilihan terhadap hasil penyerbukan
sendiri dari tanaman yang homozigot.
Introduksi
adalah memperkenalkan suatu varietas tanaman yang unggul dari suatu
daerah/Negara kepada daerah atau Negara lain. Introduksi ini penting karena dapat dipertukarkan tanaman unggul hasil dari
pemulia suatu Negara. Misalnya
pada varietas padi unggul yang baru, seperti : IR5, IR8, IR20 dan IR26 yang
dihasilkan oleh IRRI (International Rice Research Institute) dari Los Banos,
Philipina.
Hibridisasi adalah cara mengawinkan
atau menyilangkan dua atau lebih varietas-varietas unggul yang diinginkan.
Hasil dari pemuliaan tanaman sudah cukup banyak namun masih dijumpai
kekurangan, misalnya pada tanaman jagung bisi dua dengan dua tongkol
pertanaman, tetapi tidak tahan terhadap penyakit atau rasanya yang kurang
manis. Keunggulan sifat kadang-kadang dinyatakan pada salah satu komponen
hasil, mutu ataupun zat gizi maupun ketahanan terhadap kekeringan. Sekerang
penemuan dari suatu varietas unggul dimasukkan ke dalam HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual) seorang peneliti atau penemu. Sebagai contoh beberapa varietas
unggul yang terkenal di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Beberapa jenis
tanaman varietas unggul di Indonesia.
Jenis tanaman
|
Nama varietas unggul
|
Padi
|
PB8, IR 20, dan IR 26
|
Jagung
|
Hibrida Bisi dua, Arjuna,
Harapan
|
Kedelai
|
Davros, Orba, Kerinci, Merapi
|
Kacang tanah
|
Gajah, Macan, Tapir, Kidang
|
Kacang hijau
|
Merak, Manyar
|
Ubi kayu
|
Adira1, Adira 2
|
Teh
|
Pasir Serongge, PS-1
|
|
|
Dalam hal varietas unggul, perlu diperhatikan cara-cara mempertahankan
kemurnian varietas dengan isolasi waktu dan isolasi tempat. Dengan cara kultur
teknik biasa, untuk varietas yang menyerbuk silang, setelah benih mencapai
generasi ke-3, lebih baik membeli benih lagi yang masih murni dan telah
disertifikasi agar produktifitas tanaman dapat dipertahankan dengan baik.
6.1.2. Tujuan
Pemuliaan Tanaman
Tujuan dari pemulia tanaman adalah
membatasi hambatan-hambatan untuk mencapai produksi yang maksimum dengan mutu
atau kualitas yang tinggi. Beberapa tujuan khusus dari pemuliaan tanaman
sebagai berikut :
- Meningkatkan kualitas benih tanaman, misalnya
viabilitas, daya simpan, dan daya pembentukan biji.
- Menciptakan
varietas tanaman dengan kualitas gizi yang tinggi
- Menciptakan
kebiasaan tumbuh (growth habit) yang lebih baik, seperti : keseragaman
umur tanaman, berbunga, dan waktu pemasakan buah
- Mempertinggi adaptasi terhadap musim
- Mempertinggi
ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit
- Meningkatkan kualitas panen
- Meningkatkan nilai pemasaran, seperti kadar serat,
protein, lemak, dan rasa
- Meningkatkan kapasitas berproduksi
6.2. Pengolahan Lahan dan Pengaturan Jarak
Tanam
6.2.1.
Pengolahan Lahan
Budidaya tanaman adalah adanya campur tangan manusia terhadap tanaman
yang dibudidayakan untuk memperoleh hasil yang optimal bagi kebutuhan hidup
manusia. Manusia mulai dengan membabat hutan, mengelola tanaman sampai akhirnya
dilakukan pengolahan tanah dari alat-alat yang sederhana sampai dengan
mesin/traktor.
Tujuan pokok dari pengolahan lahan adalah :
- Menyiapkan tempat yang baik untuk tanaman
- Memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi lahan
- Memperbaiki aerasi dan draenase
- Memperbaiki tata air tanah
- Menghindarkan
adanya persaingan dengan gulma (tanaman pengganggu)
- Mencegah dan memutus siklus hidup hama dan penyakit
Dari hasil penelitian beberapa ahli diketahui adanya peningkatan
produksi/hasil diakibatkan oleh adanya pengolahan lahan yang baik, yang
memungkinkan rongga-rongga antar butiran akan dapat berisi molekul-molekul air
yang memungkinkan kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Alat-alat pengolahan lahan/tanah memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut : 1) memecah tanah, 2) membelah tanah, 3) membalik tanah, dan 4) meratakan
tanah.
Frekwensi
pengolahan tanah (pembajakan dan penggaruan) menentukan intensif tidaknya
pengolahan lahan tersebut. Pada lahan sawah, umumnya dilakukan 2 kali membajak
dan 2 kali menggaru yang di dalamnya terdapat selang waktu satu minggu dan
sudah termasuk katagori pengolahan lahan intensif.
6.2.2.
Pengaturan Jarak Tanam
Pengolahan lahan yang baik telah
dikerjakan maka perlu diperhatikan pengaturan jarak tanam sebelum dilakukan
penanaman sehingga sesuai dengan jenis tanaman, keadaan tanah dan air yang
tersedia di daerah tersebut. Jarak tanam mempengaruhi populasi/jumlah tanaman
dan keefisienan penggunaan radiasi surya serta mempengaruhi kompetisi antara
tanaman dalam suatu areal pertanaman di dalam memanfaatkan air dan unsure hara
sehingga diperoleh hasil/produksi yang optimum. Dalam agronomi dikenal istilah
tandur jajar yang artinya bercocok tanam dengan jarak tanam dan barisan yang
teratur. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan petani di dalam pemeliharaan
tanaman, seperti : pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama/penyakit.
Pengaturan jarak tanam, pada arah
barisan dapat dipergunakan untuk mengatur penggunaan sinar matahari secara
efisien, misalnya : tanaman yang ditanam dengan arah barisan Timur – Barat akan dapat mempergunakan
sinar matahari lebih efisien dibandingkan dengan arah barisan Utara – Selatan. Penggunaan arah
barisan juga menentukan arah lereng dan teras, dimana lereng yang tidak
berteras sebaiknya barisan atau guludan dibuat tegak lurus dengan arah lereng;
sedangkan di lereng yang berteras arah barisan sering dibuat sejajar dengan
lereng atau tegak lurus teras. Pada lereng landai dan tidak berteras sebaiknya
bertanam dengan sistem contour,
dimana barisan tidak perlu lurus dan dapat berbelak-belok sesuai dengan keadaan
bukit tetapi harus sama tinggi (datar).
Pada umumnya, produksi setiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan
penggunaan populasi/kerapatan yang tinggi karena terjadi penggunaan sinar
matahari secara maksimum di awal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya penampilan
dari masing-masing tanaman secara individu akan menurun karena adanya kompetisi
(persaingan) dalam hal sinar matahari dan factor tumbuh lainnya. Tanaman akan
memberikan respon dengan mengurangi ukuran, baik pada seluruh tanaman ataupun
pada bagian-bagian tanaman (batang, cabang, daun, umbi dan polong), sehingga
akan diperoleh kerapatan yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.
Pengaturan jarak tanam dapat dilihat pada Gambar 6.1.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
|
|
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
|
|
baris tunggal (single row) baris
rangkap (double row)
.
. . . .
.
. . . . .
. . . . .
.
. . . . .
|
|
………………………
………………………
………………………
………………………
………………………
|
|
jarak bujur sangkar Jarak
sama segala penjuru
Gambar 6.1. Pengaturan jarak tanam di lapangan
6.3. Pengairan yang Baik dan Teratur
Air
merupakan unsure yang sangat vital bagi kehidupan tanaman. Kekurangan air akan
mengakibatkan terganggunya perkembangan morfologi dan proses fisiologi tanaman,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi tanaman tersebut. Oleh karena itu
pemberian air yang baik dan teratur akan sangat membantu meningkatkan daya
produksi tanaman sehingga dapat meningkatkan keuntungan petani.
6.3.1. Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan
air tanaman dapat didefinisikan sebagai banyaknya air yang hilang dari suatu
areal pertanaman untuk setiap satuan luas dan satuan waktu, yang dipergunakan
oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sehingga secara umum
dapat dikatakan bahwa kebutuhan air bagi tanaman adalah sama dengan evapotranspirasi.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti : kelembaban tanah,
suhu, udara, sinar matahari dan angin.
Menurut kebutuhan air terhadap tanaman dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Hidrofit
adalah tanaman yang membutuhkan jumlah air yang sangat banyak (tergenang)
untuk hidupnya.
- Mesofit
adalah tanaman yang membutuhkan jumlah air yang sedang dengan system
perakaran yang berkembang baik.
- Xerofit
adalah tanaman yang membutuhkan jumlah air yang relative sedikit, biasanya
dapat tumbuh pada habitat yang sangat kering.
Pada umumnya tanaman membutuhkan banyak air pada
awal pertumbuhannya (seedling stage) dan pada saat ini fase vegetatif tanaman
sangat dominan, dan menjelang pembungaan atau panen maka pemberian air dapat
dikurangi. Suplai air yang hamper merata sepanjang pertumbuhan tanaman akan
sangat ideal bagi tanaman yang dibudidayakan. Di samping itu perlu di atur
kebutuhan air bagi tanaman sehingga tanaman tidak mengalami cekaman air (water
stress). Cekaman air adalah suatu periode dimana tanah berisi sedikit air atau
sama sekali tidak ada air, ataupun suatu periode dimana selama 14 hari terus
menerus tidak ada hujan. Beberapa kebutuhan air bagi tanaman dapat dilihat pada
Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Kebutuhan air bagi beberapa jenis tanaman
No.
|
Jenis tanaman
|
Penggunaan air relative
dibandingkan dengan alfalfa
|
1
|
Padang rumput
|
0,90
|
2
|
Bit gula
|
0,82
|
3
|
Buncis
|
0,42
|
4
|
Jeruk
|
0,70
|
5
|
Jagung
|
0,65
|
6
|
Kentang
|
0,50
|
7
|
Sorgum
|
0,38
|
8
|
Tomat
|
0,48
|
6.3.2.
Pengelolaan Air
Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
mengatur pemberian air di lapangan, yaitu :
- Draenase adalah membuang kelebihan air
- Konservasi adalah perlindungan terhadap
sumber-sumber air
- Irigasi adalah penambahan suplemen air
Irigasi lebih ditekankan pada pemberian air untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang diusahakan. Kegunaan air irigasi selain untuk
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman di lapangan, juga bertujuan untuk : 1)
Mempermudah pengolahan lahan, 2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, 3)
Membersihkan lahan dari kotoran dan unsure-unsur beracun, 4) menekan
pertumbuhan gulma, dan 5) mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman. Pemberian irigasi
sendiri ada tiga cara, yaitu :
- Irigasi
permukaan adalah pendistribusian air ke seluruh permukaan tanah. Cara
yang paling umum dipakai adalah system penggenangan (leb).
- Irigasi penyiraman adalah pemberian air dibawah
tekanan, seperti hujan buatan dan sprinkler.
- Sub irigasi adalah pendistribusian air ke tanah di
bawah permukaannya untuk memberikan kelembaban pada tanaman melalui gaya kapiler ke
atas.
6.4. Pemupukan yang Tepat dan Efisien
Pupuk adalah suatu persenyawaan yang
mengandung unsure hara yang diberikan pada tanaman. Pupuk biasanya terdiri dari
beberapa komponen antara lain adalah: unsure hara, zat penolak air, pengisi,
pengatur konsistensi, kotoran dan lain sebagainya. Pupuk dapat digolongkan atas
beberapa cara, seperti : a) Pupuk alam dan pupuk buatan, b) Pupuk organic dan
pupuk an organic, dan c) Pupuk menurut unsure yang dikandungnya.
6.4.1. Tujuan Pemupukan
Secara
umum pemupukan bertujuan untuk :
- Menjaga
keseimbangan unsure hara yang ada di dalam tanah
- Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
- Meningkatkan produksi tanaman
- Mengurangi bahaya erosi
Unsur hara yang ada di dalam tanah akan mampu mencukupi keperluan hidup
suatu tanaman secara alamiah apabila unsure tersebut berada dalam keseimbangan.
Tetapi bilamana manusia menghendaki daya tambahan dari tanaman, karena adanya
dorongan untuk meningkatkan hasil usahanya maka persediaan unsure hara di dalam
tanah tidak akan mencukupi kalau tidak ditambah lagi oleh manusia.
Pemupukan yang dilakukan dengan benar akan dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas hasil, sebaliknya usaha pemupukan tidak akan mencapai sasaran
bilamana tanaman yang dipupuk tidak memberikan respon (tidak tanggap) terhadap
pemupukan yang diberikan dan tidak didukung oleh tersedianya air yang cukup
sebagai pelarut pupuk yang diberikan.
6.4.2. Macam
Pupuk
Umumnya pupuk dapat digolongkan atas
dua macam, yaitu : pupuk organic (alam) dan pupuk anorganic (buatan).
A.
Pupuk organic adalah pupuk yang
berasal dari sisa-sisa atau bagia-bagian tanaman secara alami, yang terdiri
dari tiga jenis, yaitu :
- Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk yang materialnya terdiri dari bagian-bagian
tanaman yang masih hidup dan biasanya diberikan dengan cara membenamkan ke
dalam tanah sebelum tanam atau pada saat pengolahan lahan. Jenis pupuk hijau
dapat dikelompokkan atas dua macam, yaitu : Golongan Legum dan golongan non
legume.
Jenis leguminose yang biasa dipergunakan sebagai bahan pupuk hijau adalah
: Crotolaria juncea, Clotolaria
oesaramoensis, Centrosoma, Colopogonium, Sesbania, Sweet Clover, dan kedelai.
- Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ataupun ternak
yang diberikan pada tanaman setelah mengalami proses mineralisasi dan
humifikasi dengan bantuan mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Nilai unsure
yang dikandungnya tergantung dari jenis hewan, umur hewan, jenis makanan dan
metode pengolahannya. Pupuk kandang yang telah siap dipergunakan untuk memupuk,
rata-rata mengandung 0.50% N, 0.25% P2O5, dan 0.50% K2O.
Pemberian pupuk kandang biasanya
sebelum tanam ataupun bersamaan dengan tanam dengan dosis + 10 – 20ton
per hektar.
- Kompos
Kompos adalah pupuk organic yang berasal dari sisa-sisa bahan organic
seperti sisa tanaman, sampah dapur, dan sisa makanan ternak yang bercampur
dengan kotorannya, yang telah mengalami pelapukan (proses dekomposisisi).
B.
Pupuk Anorganik adalah pupuk yang diproses di
pabrik yang berasal dari bahan-bahan mineral anorganik, seperti pupuk Urea,
TSP, KCl, DAP pupuk Rustica (15 : 15 : 15)
1.
Pupuk Nitrogen
Pupuk Nitrogen adalah pupuk anorganik yang bermanfaat dalam mempertinggi
pertumbuhan vegetatif tanaman, merangsang pertunasan(anakan) dan mempertinggi
kandungan protein.
Pemberian pupuk nitrogen biasanya dibenamkan di dalam tanah karena pupuk
ini bersifat mudah menguap, dosis dan konsentrasi disesuaikan dengan tanaman
yang diusahakan, pemberian jangan terlalu dekat dengan tanaman dan waktu
pemberian yang tepat. Beberapa jenis pupuk nitrogen yang sering beredar adalah:
Urea (45% N), Zalzuur amoniak (ZA = 20.5% N), Diamonium fosfat (DAP = 18% N).
Kekurangan unsure nitrogen (defisiensi N) akan menyebabkan tanaman
kerdil, perkembangan akar terhambat, daun berwarna kuning dan mudah rontok.
Kesuburan tanah biasanya dinilai dari ketebalan 0-30 cm, berdasarkan prosentase
N total, sebagai berikut : a) Rendah : 0.20%, b) Sedang : 0.20– 0.50%, c)
Tinggi : >50%
2.
Pupuk Fosfat
Pupuk fosfat adalah pupuk anorganik yang bermanfaat memperbaiki
pembungaan, pembuahan, dan pembentukan biji; mempercepat pemasakan buah; dan
mengurangi kerontokan buah.
Pemberian pupuk fosfat biasanya
sebelum tanam atau bersamaan pada saat tanam dengan system sebar atau larikan.
Beberapa jenis pupuk fosfat yang beredar di pasaran adalah : Triple
Superphospat (TSP = 38-48% P2O5), Diammonium Fosphat (DAP
= 46% P2O5), dan Fosfat alami (25% P2O5).
Tanah di Indonesia umumnya
kekurangan fosfat, karena sifat unsure fosfat yang sangat mudah terfixasi oleh
unsure lain sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada pH rendah, fosfat
terfixasi oleh unsure Fe, Al, dan Mn, sedangkan pada pH tinggi fosfat terfixasi
oleh mineral silikat (Si). Kriteria fosfat biasanya dilihat dari kandungannya,
sebagai berikut : a) Rendah : <140 ppm, b) Sedang : 140-180 ppm, c) Tinggi :
>180 ppm.
3.
Pupuk Kalium
Pupuk Kalium adalah pupuk anorganik yang bermanfaat membantu dalam pembentukan
karbohidrat dan klorofil, membantu translokasi gula dalam tanaman, menambah
kebernasan biji dan pembentukan umbi, serta menambah ketahanan tanaman terhadap
seranga penyakit.
Pemberian pupuk kalium biasanya sebelum tanam dengan system sebar atau diberikan
dalam larikan sebagai pupuk dasar. Beberapa jenis pupuk kalium yang beredar di
pasaran adalah : Dolomit (40% K2O), Kalium Klorida (KCl = 55% K2O), dan Kalium Zulfat (ZK = 45%
K2O).
Kriteria fosfat biasanya dilihat dari kandungannya, sebagai berikut : a)
Rendah : <140 ppm, b) Sedang : 140-180 ppm, c) Tinggi : >180 ppm.
Kriteria kalium biasanya dilihat dari kandungannya, sebagai berikut : a)
Rendah : 0.38 me/100 g, b) Sedang : 0.38-0.64 me/100 g, c) Tinggi : >0.64
me/100 g.
6.4.3. Penempatan Pupuk
Penempatan dan saat pemberian pupuk
yang tepat merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam pemupukan, hal
ini sangat terkait dengan respon tanaman. Yang perlu diketahui pemberian pupuk
setahun sekali untuk beberapa unsure hara tertentu kemungkinan tidak cukup,
tetapi unsure hara yang lain mungkin tidak perlu.
Ada beberapa cara pemberian pupuk pada tanaman,
yaitu :
a. Broadcast adalah pemberian pupuk secara sebar dan
diusahakan agar sebaran merata ke segala arah pada lahan, biasanya dilaksanakan
sebelum tanam.
b. Side Dressing adalah penempatan pupuk secara sebar di
sepanjang sisi tanaman kanan dan kiri barisan, biasanya bersamaan pada saat
penyiangan.
c. Topdressing adalah penempatan pupuk secara sebar
langsung merata diatas tanaman yang sedang tumbuh.
d. Band Placement adalah pemberian pupuk pada larikan
ataupun jalur-jalur terputus di antara barisan tanaman, setelah itu larikan
dapat ditimbun kembali dengan tanah.
e. Plow-sole Placement adalah pemberian pupuk yang tempatkan di
belakang bajak pada dasar saluran.
Pada banyak tanaman, pemberian
pupuk nitrogen dapat diberikan beberapa kali selama musim tanam karena gampang
tercuci dan mudah diubah ke bentuk-bentuk gas sehingga tidak tersedia atau
sedikit tersedia bagi tanaman.
6.4.4. Tanggapan Tanaman terhadap Pemupukan
Hubungan
antara tingkat hara dan hasil tanaman, berbeda-beda menurut spesies tanaman dan
jenis unsure hara. Tiap tanaman akan memberikan tanggapan umum terhadap
kekurangan unsure hara (defisiensi) baik dengan peningkatan hasil ataupun
penampilannya di lapangan. Pada tingkatan unsure hara yang tidak memberikan
respon nyata terhadap pupuk, tanaman akan terus menerus menunjukkan kenaikan
tingkat absorpsi hara yang dikenal dengan istilah “konsumsi mewah”.
Pada
tingkatan yang lebih tinggi lagi, tanaman akan keracunan unsure hara,
pertumbuhan berkurang bahkan sering terjadi kematian tanaman yang diusahakan.
Tingkatan tanggapan tanaman terhadap pupuk sebagian berhubungan dengan
kapasitas produktif dari tanah. Tanaman yang ditanam pada tanah-tanah dengan kapasitas
produktif rendah akan menunjukkan respon yang maksimum pada pemupukan tingkat
rendahan dari pada tanah-tanah yang mempunyai kapasitas produktif tinggi.
Kapasitas produktif tergantung pada ketersediaan unsure hara dan kondisi tanah
dalam jangka panjang, karena kekuatan-kekuatan yang membentuk keseimbangan
antara tanah dengan larutan tanah tidak tercapai dalam waktu yang relative
singkat.
6.5. Proteksi Tanaman
Proteksi tanaman adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya serangan hama
dan penyakit, ataupun pengendalian terhadap tumbuhan pengganggu (gulma) yang
menyebabkan terjadinya kerugian pada tanaman yang ditanam. Proteksi tanaman
merupakan suatu teknologi yang sangat spesialisasi dan selalu berubah dengan
cepat sesuai dengan tuntutan manusia. Proteksi tanaman dapat dilakukan dengan
cara pencegahan (preventif) dan cara
penyembuhan (curatife).
Cara-cara pengendalian yang umum dilakukan di Indonesia
baik terhadap hama,
penyakit ataupun gulma adalah sebagai berikut :
- Pengendalian Legislatif
Pengendalian ini merupakan tindakan pencegahan yang dilindungi oleh
undang-undang terhadap masuknya serangga, tanaman, dan lain sebagainya dari
luar daerah/luar negeri, mencegah penyebarannya, melaksanakan pemberantasan
bila perlu serta melindungi masyarakat dari kepalsuan zat kimia untuk
pemberantasan hama,
penyakit dan gulma. Badan pelaksananya adalah Lembaga Karantina Tumbuhan dan
pengawas tanaman dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
2.
Cara Fisika
Cara fisika dapat dipergunakan untuk melindungi tanaman
dalam melawan gangguan atau menghilangkan pengganggu seluruhnya. Perangkap dan
zat penarik (atraktan) dari berbagai tipe dipergunakan untuk memancing ke
larutan yang mematikan. Perlakuan air panas dapat digunakan untuk memusnahkan
pathogen tertular biji (seed borne)
ataupun tertular tanaman (plant borne)
seperti : penyakit cendawan pada gandum, penyekit busuk hitam dan lain
sebagainya.
3.
Cara Biologi
Beberapa cara biologi yang dipergunakan untuk
pengendalian hama,
penyakit, dan gulma adalah dengan cara penggunaan parasit, penggunaan predator
dan penggunaan tanaman yang tahan (resistensi
genetic). Penggunaan resistensi genetic, kesanggupan secara bawaan dari
tanaman untuk menahan kerusakan dari pathogen atau predator adalah cara yang
sangat berhasil untuk pengendalian hama,
penyakit dan gulma.
4.
Cara Teknik Budidaya
Cara kultur teknik dipergunakan untuk mengurangi
populasi pengganggu yang efektif, mencakup pembuangan tanaman ataupun benih
yang sakit atau terserang, pemotongan bagian-bagian tanaman yang terserang (surgery), ataupun pembuangan sisa-sisa
tanaman yang dapat sebagai biakan pengganggu. Pengurangan populasi pengganggu
dapat dicapai dengan cara menerapkan pola pergiliran tanaman yaitu tanaman yang
peka digilir dengan tanaman yang tidak peka. Misalnya : penanaman padi digilir dengan penanaman kacang-kacangan atau
jagung.
5.
Cara Kimia
Pestisida adalah zat kimia yang dapat dipergunakan untuk
memberantas hama
ataupun penyakit tumbuhan. Pestisida yang selektif dapat membunuh organisme
tetapi tidak membahayakan tanaman inangnya. Sedangkan pestisida non selektif
adalah zat kimia yang dapat membunuh keseluruhan organisme dan inangnya.
a.
Insektisida adalah zat kimia yang
khusus dipakai untuk memberantas serangga
b. Fungisida adalah zat
kimia yang dipakai untuk memberantas jamur
c. Bakterisida adalah
zat kimia yang dipakai untuk membernatas bakteri
d. Herbisida adalah
bahan kimia yang dipergunakan untuk memberantas tumbuhan pengganggu (gulma).
DAFTAR PUSTAKA
Edmond, JB., T.L.Senn dan F.S.Andrews. 1964. Fundamental of Horticulture. Mac Graw
Hill Co.N.Y. 476.
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. Penerbit : P.T.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Cetakan ketiga.
Winarno, F.G. 1997. Kimia, Pangan dan Gizi. Penerbia :
P.T.Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Cetakan ketujuh.
Haryadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Penerbit :
P.T.Geamedia, Jakarta.
197 pp.
Jumin, H.B. 1987. Dasar-Dasar Agronomi. Penerbit :
Rajawali Press, Jakarta.
140 pp.
Loomis, R.S., W.A.Williams dan
A.E.Hall. 1971. Agricultural Productivity.
Scientific
American.
Volume 235 : 431 – 468.
Samsoe’oed, S. 1976. Agronomi Umum. Penerbit : Departemen
Agronomi, Institut Pertanian
Bogor. 188 pp.