Kamis, 10 Maret 2011

kumpulan pantunlucu


jalan-jalan ke pinggir empang
nemu sendok di pinggir empang
hati siapa tak bimbang
saya botak minta dikepang

buah kedondong buah atep
dulu bencong sekarang teteppp .

buah semangka buah duren
nggak nyangka gue keren

buah semangka buah manggis
nggak nyangka gue manis

buah apel di air payau
nggak level lha yauuu .

pohon kelapa, pohon durian,
pohon cemara, pohon palem
pohonnya tinggi-tinggi booo .

buah nanas, buah bengkoang
buah jambu, buah kedondong
ngerujak dooooooooonggggggg .

ada padi, ada jagung
ada singkong, ada pepaya
panen ni yeeeeeeeeeeeee!

disini gunung, disana gunung
banyak amat yah gunungnya ?

disini bingung, disana linglung
emangnya enak, enggak nyambung ...

sayur sop, sayur kacang
meking lop yok, yaaang .

buah semangka berdaun sirih
buah ajaib kali yah ?

kura-kura dalam perahu
iseng banget tuch kuya ...

jalan kaki ke pasar baru
jauh booo...

jambu merah di dinding
jangan marah, just kidding

jauh di mata, dekat di hati
jauh di hati, dekat di mata
jauh-dekat seribu dua ratus perak

makan roti pake sambel
makan telor pake garem
kalo ogut lagi kesel
mata ogut suka merem (ngapain..? nglonjor ya..?-nglamun jorse..:))..)

disini anak, disana permen
anak nangis minta' permen (beliin deh)

nemu gesper di pinggir jalan
kalo laper, makan tu gesper

men sana in corpore sano
gue maen ke sana,
elo maen ke sono!
hahaha ... palelo ijo ...

disana gunung, disini gunung,
di tengah-tengah bunga melati
saya bingung kamu pun bingung
kenapa ada bunga melati ???

anak ayam turun ke bumi
induk ayam naik ke langit
anak ayam nyari ke langit
induk ayam nyungsep ke bumi

mancing ikan di kolam tetangga
manjat jambu di pohon tetangga
sungguh enak punya tetangga
maen-maen ke rumah tetangga yok !!!

1,2,3, dan 4
lebaran makan ketupat
5, 6, 7, dan 8
ngggg ..., 9, 10, 11, 12 ...
pantunnya udah lupa tuh... :p .

satu, dua, tiga,
empat, lima, enam,
tujuh, delapan, sembilan
hebat udah bisa ngitung

buah kedondong, buah tomat
elu bodong amat

bunga melati bunga mawar
bunga mawar bunga melati
aduh, pantun norak sekali ...

buah duren di pohon beringin
resek banget tuch duren ...

ayam kurus bulunya banyak
rugi banget yang beli.

cerpen persahabatan

Bunga Itu untuk Kamu
Hatiku ciut. Ibu Nurma memanggil namaku dan memberiku aba-aba untuk maju ke depan kelas. Keringat dingin membasahi tubuhku. Perasaanku tidak menentu. Aku takut sekali dengan hukuman. Oleh karena itulah aku selalu berusaha untuk tidak melanggar peraturan apa pun.
Tapi kini, di hari razia ini, Ibu Nurma telah menemukan sepucuk surat dan setangkai bunga plastik berwana ungu di dalam tasku. Bunga itu indah sekali. Aku suka. Tapi aku tidak menyangka bahwa bunga itu berasal dari tasku.

Tubuhku menggigil. Aku melangkah ke depan dengan tatapan yang tak percaya. Akupun bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang telah tega mempermainkan aku. Ingin sekali menangis dan berteriak dan mengatakan bahwa aku tidak tahu. Tapi buat apa aku mengelak. Tak ada gunanya. Buktinya bunga itu ada di dalam tasku tadi. Itu yang dikatakan Ibu Nurma, wali kelasku yang terkenal judes.

“Baca surat ini,” perintah Ibu Nurma. Aku mengambil surat berwarna ungu itu. Teman-temanku bersorak riuh sekali. Aku mulai membaca surat berkertas harum itu dengan diiringi sorakan dari teman-teman.

“Tidak ada yang bersuara selagi Uti membacakan surat ini. Bila ada yang tertawa atau bersuara, maka dia akan menemani Uti menjalani hukumannya kelak.”

Kata-kata Ibu Nurma cukup membuat semua temanku terdiam dan menjadi patung. Mereka menanti aku melanjutkan membaca isi surat tersebut. Suaraku bergetar.

“Uti yang cantik, berminggu-minggu aku memikirkan apa yang bisa aku berikan kepadamu. Aku tak mengerti apa yang kamu suka. Aku bingung sekali. Tapi rasa sayangku padamu menuntunku untuk membuat setangkai bunga ini.
Uti yang pintar, terimalah persembahan ini dengan hati senang. Senyummu kutunggu saat kau menatap bunga ini. Terima kasih, Uti yang lembut hati. Aku sayang kamu.”

Sungguh aku tak tahu siapa yang telah memberiku bunga nan cantik itu. Pada akhirnya Ibu Nurma percaya bahwa aku benar-benar tidak tahu siapa pengirim bunga itu. Akhirnya aku tidak dihukum. Hari itu semua teman-temanku pun ribut dan penasaran siapa pemberi misterius itu.

“Uti, aku minta maaf,” kata Anggi dengan nada bergetar.
“Maaf untuk apa?” tanyaku heran. Anggi adalah temanku yang tak banyak bicara.
“Surat itu dari aku,” kata Anggi singkat. Aku tentu saja kaget.
“Kamu?”
“Ya, bunga itu untuk kamu,” kata Anggi dengan nada takut.
“Kenapa kamu tidak bilang waktu itu?” tanyaku.
“Aku ketakutan sekali. Maafin aku,” kata Anggi memohon.
“Kok kamu sembunyi-sembunyi?” tanyaku penasaran.
“Aku takut kamu tidak suka dengan bunganya. Kata kakakku, aku tidak berbakat membuat bunga. Jadi aku tidak ingin melihat rona penolakan di wajahmu,” terang Anggi.
“Bunga itu cantik sekali. Aku suka kok. Kamu mempunyai bakat yang besar dalam merangkai bunga. Percaya deh,” kataku jujur.
“Benarkah?”
“Yakinlah. Aku letakkan bunga itu di ruang tamu. Mama dan papaku suka juga dengan bunga itu. Ayo, ke rumahku. Biar mamaku tahu siapa pembuat bunga ungu nan indah itu,” ajakku.
“Uti, kamu memang teman yang paling baik. Kamulah orang pertama yang menghargai karyaku. Terima kasih ya,” kata Anggi bergetar. Air matanya mengalir di pipinya yang ranum.
“Sama-sama, Anggi.”

Tak kusangka tak ada yang pernah menghargai karya Anggi selama ini. Pantas saja dia takut aku tolak.
Bagaimana, cerpennya enak dibaca, bukan? Seperti itulah cerpen, singkat, padat, dan bermakna. Anda juga bisa kok membuat cerpen yang menarik asalkan ada kemauan dari diri Anda. Nah, selamat mencoba!

Berikan rating untuk artikel di atas :